LET GOD - WEEK 2 MARCH 2021
- God's DNA
- Mar 18, 2021
- 4 min read

ICE BREAKER :
Tools bisa diakses di link : https://docs.google.com/presentation/d/1mymNVWHVssw7cwgpe2LMljF4rEoPLzr5USojUZbzxdU/edit?usp=sharing
Keterangan : Clue dan answer berada di box keterangan paling bawah (jangan sampai terbaca anggota sebelum mulai)
WARM UP
Pernahkah kalian main Tug of War a.k.a Tarik tambang? Tarik tambang adalah sebuah pertandingan antara 2 regu di 2 sisi yang berbeda dan saling menarik tambang sehingga terjadi pertandingan kekuatan. Regu yang memiliki kekuatan lebih pasti dapat menarik regu lawannya mengalami kekalahan. Dan terkadang, untuk membuat pertandingan lebih seru, regu yang kalah adalah regu yang jatuh kedalam lubang berisi lumpur yang berada di tengah tengah kedua regu tersebut.
Salah satu hal yang menarik perlu diperhatikan adalah tambang yang digunakan merupakan jenis tali yang cukup tebal dan membuat tangan orang yang menariknya terluka.
Bukankah hidup kita seperti pertandingan tarik tambang dimana kita (seharusnya) ada di sisi bersama Tuhan dan melawan tubuh jasmani kita yang dipenuhi oleh keinginan dosa, masalah-masalah, ego dan hawa nafsu kita. Di dalam hidup kita, hampir setiap momen dalam hidup kita adalah pertandingan melawan diri kita sendiri. Namun terkadang di dalam pertandingan regu ini kita tidak melibatkan Tuhan, kita cenderung untuk melakukan dengan ‘cara kita sendiri’ lalu setelah gagal barulah kita mencari pertolongan Tuhan. Jangan tunggu tangan kita sudah terluka, badan kita memar memar karena tertarik dan jatuh secara keras dulu baru kita menggunakan caranya Tuhan.
When we let Go, we let God overtake.
WORD
Mari mulai Cell Group hari ini dengan sebuah pertanyaan:
Where do you put God in your life? As a passenger or as a Captain of the Boat?
Mungkin kalau dengan pertanyaan ini, kita bisa saja berkata Tuhan adalah Kapten dalam hidup kita. Namun, mari kita uji hati kita lebih dalam lagi.
Apakah kita secara aktif berkomunikasi dengan Tuhan tentang apa yang akan kita lakukan atau yang tidak akan kita lakukan?
Bagaimana kehidupan saat teduh kita?
Bagaimana kehidupan baca Alkitab kita?
Bagaimana kehidupan doa pujian dan penyembahan kita?
Apakah kita taat kepada Tuhan dan segala perintahNya di setiap saat?
Apakah kita hidup taat (orang tua, pemerintah, guru, bos, dsbg) di hadapan Tuhan tanpa orang lain melihat?
Apakah kita hidup jujur di hadapan Tuhan tanpa orang lain melihat?
Apakah kita akan lebih percaya Jalan Tuhan daripada apa yang lebih masuk akal di pikiran kita?
Apakah kita lebih percaya rencana yang sudah kita buat matang-matang daripada rencana Tuhan?
Mari renungkan hal ini bersama sama. Jika kita masih lebih banyak untuk menjawab “tidak” pada semua pertanyaan diatas daripada berkata “ya”, berarti kita masih mengandalkan diri kita sendiri selama ini, kita tidak melibatkan Tuhan dan membiarkan Tuhan duduk manis di bangku cadangan. Kita tidak memberikan kontrol kepada Tuhan. Kita takut kalau kita kehilangan kontrol, kita akan kehilangan hidup kita sendiri.
Question: Mengapa kita takut kehilangan kontrol dalam hidup kita?
Jawabannya hanya cuma satu: Kita kurang percaya, Iman kita kepada Tuhan yang kita kira besar, ternyata tidak cukup besar. Kita tidak cukup percaya kalau Tuhan mampu untuk mengubahkan keadaan kita, mampu mengadakan mukjizat demi mukjizat dalam hidup kita, makanya kita membuat rencana untuk diri kita sendiri yang kita percaya tidak akan gagal. Dari A sampai Z, kita membuat skenario-skenario agar tujuan kita tercapai. Disinilah kita mulai tidak mengandalkan Tuhan.
When we overestimate our ability to control, we underestimate God’s ability to Control
Ketika kita mengandalkan diri kita sendiri, kita overestimate diri kita. Dan disaat yang bersamaan kita sedang meragukan Tuhan untuk mengontrol hidup kita. Ini pesan yang harus kita sampaikan kepada seluruh anggota COOL termasuk COOL Leader: Jangan pernah sekalipun meragukan Tuhan! Tuhan tidak akan pernah membiarkan anak-anakNya celaka. Tuhan tidak akan pernah dengan sengaja membuat anak-anakNya mengalami ‘kematian’. Oleh karena itu kita perlu mengandalkan Tuhan.
Kita tidak selalu memiliki kuasa untuk mengontrol hidup kita, tapi kita selalu punya kuasa untuk berserah kepada Tuhan.
Lukas 1:26-35
Ketika itu Maria adalah anak muda yang punya mimpi, punya keinginan, tapi Yesus datang, mengintervensi, dan mengubah keinginannya menjadi keinginan Tuhan. Siapa disini yang memiliki keinginan ? Pasti semua dari kita mau, mau keluarga masa depan kita seperti apa, mau pekerjaan kita berjalan bagaimana, mau hidup kita berjalan seperti apa, pasti kita pernah mengandai-andai membayangkannya. Apa yang akan kita rasakan ketika one day Tuhan datang dan membalikan semuanya menjadi keinginannya Tuhan, yang mungkin saja berlawanan dengan keinginan kita.
Kalau di perhatikan di ayat tersebut saat itu Marian masih muda, seharusnya ia bersiap-siap untuk masa depan yang indah yang ia impi-impikan tapi saat itu jadi bahan omongan tetangga-tetangga, karena dia udah hamil sebelum menikah. Kehidupannya berjalan tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan.
Pertanyaan : ketika itu terjadi sama kita, ketika hak dan impian kita seolah-olah di ambil sama Tuhan, apa yang akan kita lakukan ? (minta 2-3 orang menjawab)
Saat itu Maria memiliki respon yang sangat berani, ia tidak hidup sebagai dream girl atau cewe-cewe remaja lainnya, dia sadar bahwa hidupnya adalah milik Tuhan maka dia let go semua control dalam hidupnya. Maria memilih untuk menyerahkan kontrol dalam kehidupannya ke tangan Tuhan. It is not “let me be” tapi “let it be”
Dia punya aja kesempatan untuk memilih visi dan keinginannya atau memilih untuk ikut destiny yang Tuhan letakan dalam kehidupannya. Kita pun demikian, kita akan selalu diperhadapkan dengan keinginan kita atau destiny yang sudah Tuhan letakan dalam kehidupan kita. Apakah yang akan kita pilih? Beberapa yang pernah memiliki pengalaman organisasi atau pengalaman bekerja pasti tahu bahwa seorang bos atau ketua pasti memiliki kecemasan akan banyak hal, kenapa? Karena ia memegang semua tanggung jawab dalam genggamannya. Orang yang memaksakan dirinya untuk terus memegang kontrol hidupnya adalah orang yang paling sering khawatir. Saat kita menyerahkan kontrol kehidupan kita kepada Tuhan, justru kita semakin ga khawatir akan apa yang terjadi di depan nanti, karena kita semakin mengerti bahwa God is in control, kita tidak bertanggung jawab sendirian tetapi kita minta Tuhan yang memimpin. Saat kita memilih untuk mengikut Kristus, kita harus belajar menyerahkan semua kontrol dalam kehidupan kita ke tangan Kristus.
To follow Jesus is to let God control our life
Perlu kita ketahui, menyerahkan kontrolnya ke Tuhan Yesus bukan berarti kita sedang menyerah melainkan kita sedang berserah. Kita boleh melakukan yang terbaik dalam setiap langkah kita, tapi sebelum kita melangkah kita wajib bertanya Tuhan terlebih dahulu “what is Your purpose in my life?”
APPLICATION
Ceritakan pengalaman (bisa di masa lalu atau dimasa sekarang) yang pernah kita lepaskan atau mungkin akan kita lepaskan ?
Comments