RESIDE - WEEK 4 APRIL 2019
- God's DNA
- May 2, 2019
- 4 min read

VALUE: anak muda yang memilih untuk percaya sama Tuhan terlebih dahulu walaupun belum melihat sesuatu terjadi.
WARM UP :
Segala sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan pasti memiliki alasan, alasan tersebut bisa benar atau juga bisa salah atau mungkin bisa baik maupun buruk. Hari ini kita akan sedikit membahas mengenai suatu pola pikir mengenai suatu alasan kita melakukan suatu hal.
Ketika usia kita sudah cukup dewasa untuk mencari pasangan di dalam Tuhan maka kita akan mencari pasangan yang menurut kita cocok dan sepadan dengan kita. Tapi apakah kita pernah berpikir apa alasan kita memilih pasangan? Atau pertanyaan yang lebih sederhana, kenapa suatu saat kita harus menikah? Ada yang menjawab supaya mendapatkan kebahagiaan; supaya tidak hidup sendiri; supaya punya keturunan atau mungkin karena tidak bisa hidup sendiri dan lain sebagainya.
Coba kita perhatikan apakah setiap pilihan dalam kehidupan kita diawali dengan “karena” atau “supaya”? dan mana alasan yang lebih kuat?
Kata “supaya” digunakan dalam ekspetasi/harapan yang akan datang atau melihat kedepan, dan “karena” digunakan ketika sesuatu hal terjadi terlebih dahulu maka setelahnya kita akan melakukan sesuatu.
Contoh :
Saya makan “karena” saya lapar atau saya makan “supaya” saya sehat.
Karena = membalas apa yang terjadi
Supaya = harapan masa depan
Hal tersebut selaras dengan alasan kita mengikut Tuhan. Tidak salah untuk menggunakan kata “karena” atau “supaya” tapi apakah alasan kita mengikut Tuhan sampai saat ini lebih banyak diwarnai kata “karena” atau “supaya”?
WORD
Baca Yoh 5 : 1-9
Di Dunia dimana kita hidup, terdapat banyak sekali orang yang sakit, baik sakit secara jasmani maupun secara rohani. Hal ini tidak hanya terjadi saat ini saja namun juga 2000 tahun yang lalu. Setiap ada suatu tempat yang menjanjikan kesembuhan, semua orang pasti berbondong-bondong datang ke sana, seperti yang terjadi di kolam Betesda (ayat 3). Yohanes mencatat, orang buta, orang timpang dan orang lumpuh berkumpul di kolam itu untuk menantikan kesembuhan ilahi, mungkin sama seperti yang terjadi di kehidupan sekarang, banyak orang mencari Tuhan dalam KKR untuk mendapatkan kesembuhan.
Suatu hari ada seorang lumpuh di kolam Betesda yang sudah terbaring selama 38 tahun lamanya, ia menanti-nantikan kesembuhan. Bayangkan bahwa bukan hanya secara fisik saja ia bermasalah (sakit), namun juga secara mental/ emosi, seperti kecenderungannya menyalahkan orang lain (ayat 7). Ketika seseorang sedang diperhadapkan dengan sebuah keadaan yang sangat menghimpitnya, orang tersebut seringkali tidak dapat menemukan bahwa sesungguhnya “ada acara lain”, seringkali mereka membatasi kemungkinan lain yang seharusnya bisa saja terjadi, ironisnya tidak jarang mereka membatasi pekerjaan Tuhan dalam hidupnya, mereka tidak yakin akan adanya suatu perubahan dalam hidup mereka.
Ada 3 hal yang harus kita ketahui kenapa suatu perubahan bisa terjadi dalam kehidupan kita :
Perubahan berasal dari Allah, dengan cara dan waktu Allah.
Pertama tama kita harus sadar betul kesembuhan atau perubahan itu sendiri berasal dari Allah. Seberapa besar pun keinginan kita untuk sembuh, sebenarnya Allah sendiri telah merindukan kesembuhan itu terjadi untuk kita. Kesembuhan yang disiapkan Allah untuk kita adalah kesembuhan yang total, secara fisik, emosi dan rohani. Oleh sebab itu Allah bersedia mengorbankan milik-Nya yang paling berharga agar manusia mengalami pemulihan total. Namun hal itu Ia lakukan dalam bentuk dan waktu yang Ia sendiri tentukan. Ketika Yesus datang ke kolam Betesda, ada banyak orang yang membutuhkan kesembuhan, namun yang mengalami mujizat hanya satu orang lumpuh.
Perhatikan ayat 8. Tuhan menyuruhnya untuk bangun dan mengangkat tilamnya padahal orang tersebut mungkin sudah menunggu selama puluhan tahun. Mungkin beberapa dari kita membayangkan reaksi yang ‘seharusnya’ dimiliki oleh orang lumpuh ini adalah “saya tidak bisa melakukannya selama bertahun-tahun, kenapa saya harus mencobanya sekarang?” tapi ada sesuatu yang mendorong orang ini untuk “yaudah saya lakukan apa yang Anda katakan”. Tuhan Yesus membawa orang ini pada satu level iman yang sebelumnya tidak ia miliki.
Hari ini bagi kamu yang butuh perubahan dan kamu yang butuh kesembuhan, jangan berhenti berharap pada Tuhan, Tuhan telah menyiapkan untuk kita kesembuhan yang sempurna. Hanya saja Tuhan mempunyai waktu yang terbaik kapan kita akan di pulihkan olehNya.
Allah sangat menghargai kehendak manusia.
Walaupun kesembuhan berasal dari Allah, dan dilakukan dengan cara dan waktu-Nya, bukan berarti manusia hanya sebagai robot saja yang tidak memiliki pilihan, setiap kita memiliki free will. Justru Allah melihat apa yang menjadi kemauan kita, dan bertindak berdasarkan keputusan yang kita ambil. Karena itulah Yesus bertanya (ay 6), “Maukah engkau sembuh?”, kepada orang yang sudah bertahun-tahun bermasalah. Banyak orang sakit, namun tidak semua orang sakit tahu, bahwa ia sedang bermasalah. Banyak orang sakit tahu bahwa ia sedang sakit, namun belum tentu ia mau disembuhkan. Pada ayat 7 orang lumpuh tersebut terus menjelaskan keadaan-keadaan yang menjadi penghalang bagi dirinya untuk bisa sembuh, ia masih fokus kepada hal yang membatasi dirinya untuk sembuh padahal Tuhan sendiri sudah menawarkan bantuan “Maukah Engkau sembuh ?”. Bukankah kita sebagai manusia seringkali melakukan hal yang sama ? kita terlalu fokus terhadap hal yang membatasi kita. Tapi tidak berhenti disitu, Tuhan tetap mau melihat apa yang kita lakukan, Ia katakan kepada orang lumpuh tersebut untuk bangun dan mengangkat tilamnya, hal yang sangat mustahil dilakukan oleh orang lumpuh bukan? Seringkali Tuhan memperhadapkan kita dengan situasi mustahil, untuk melihat apakah kita mau tetap percaya kepada Tuhan di tengah kemustahilan kita ? Saat itu juga berjalanlah orang yang tadinya lumpuh tersebut. Hal tersebut terjadi karena orang ini memutuskan untuk percaya dan melakukan apa yang Tuhan suruh lakukan (exactly what Jesus told him to do) di tengah-tengah kemustahilan yang ia hadapi.
Respon hati seperti inilah yang seharusnya kita miliki sebagai anak Allah, kita tidak menunggu sesuatu terjadi supaya kita bisa percaya kepada Tuhan tetapi percaya bahkan sebelum melihat sesuatu terjadi
Perubahan menuntut harga yang harus dibayar.
Setelah itu Yesus bertemu dengannya di bait Allah, dan berkata “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi , supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk". Dalam bahasa inggris, kata “bertemu” yang dimaksud adalah Tuhan Yesus dengan sengaja bertemu dengan laki-laki terasebut. Kesembuhan datang dari Allah, dan sangat tergantung akan kehendak kita. Dari seorang lumpuh, yang hanya bisa terbaring dan mengasihani diri sendiri, orang ini menjadi seorang saksi bagi Yesus (ay 15). Hidup yang sia-sia diubahkan menjadi hidup yang bermakna. Dan hal itu terjadi ketika orang tersebut memiliki keinginan untuk sembuh, dan melakukan bagiannya.
PENUTUP
So bagaimana dengan kita? Mungkin ada perubahan dalam hidup yang sedang kita rindukan terjadi. Mungkin ada masalah yang sedang kita gumuli yang menghabiskan waktu, tenaga, hati dan pikiran kita, dan kita bertanya-tanya “Kapankah ini semua berakhir?”, atau “Di mana Allah ketika aku menderita?”. Ketika kita memutuskan untuk tetap tinggal di dalam hadiratNya maka perubahan dan kesembuhan akan menjadi milik kita, jika dilakukan dengan cara dan waktu Allah.
APPLICATION :
Ajak semua anggota cool untuk sharing mengenai pergumulan atau suatu hal yang ingin di ubah dalam hidup mereka.
PRAYER
Doakan setiap pergumulan yang ada di cool maupun yang sedang dialami oleh anggota cool.
Kommentare